Desa wisata Bengkala adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Desa Bengkala salah satu desa ikonik di Bali karena 2% dari 100% masyarakat Bengkala memiliki keistimewaan yaitu tuli bisu atau yang disebut dengan kolok. Di Desa ini, masyarakat kolok maupun masyarakat normal hidup berdampingan bahkan ada yang mencari rezeki tanpa memandang fisik. Desa ini berbatasan dengan desa Bungkulan di barat, desa Bila di utara, dan desa Kubutambahan di timur.
(Bengkala tourism village is one of the villages located in Kubutambahan District, Buleleng Regency. Bengkala Village is one of the iconic villages in Bali because 2% of the 100% of Bengkala people have a special characteristic, namely deaf and mute or what is called kolok. In this village, the kolok community and normal people live side by side, some even seek sustenance without looking at physical appearance. This village borders Bungkulan Village to the west, Bila Village to the north, and Kubutambahan Village to the east.)
Desa Bengkala memiliki sejarah yang kaya, dimulai dari Prasasti Pakuan pada tahun 1079 Masehi yang dikeluarkan oleh Raja Sri Janasadhu Warmadewa. Prasasti ini mencatat bahwa wilayah Pakuan, termasuk Bengkala, dikenakan pajak berganda, menyebabkan masyarakat Bengkala melakukan perlawanan. Akhirnya, pada tahun 1181 Masehi, Raja Jaya Pangus mengeluarkan Prasasti Bengkala yang mengakui Bengkala sebagai desa mandiri, menjadikannya desa Bali Aga yang diakui resmi oleh Kerajaan Singamandawa. Selain itu, cerita rakyat menyebutkan bahwa penduduk desa Tangkid yang terdampak serangan semut hitam dan merah (dikaitkan dengan serangan pasukan asing) melarikan diri ke Bukit Manasa, membentuk cikal bakal Desa Bengkala, sementara rombongan lainnya membangun desa-desa terdekat. Berbagai pura di Bengkala, seperti Pura Menasa, menjadi bukti nyata sejarah ini, diwariskan turun-temurun dan dijaga hingga kini.